BALI, -Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) buka suara soal Jalan Tol Layang Muhammad bin Zayed (MBZ) yang disebut punya mutu di bawah standar.
Masalah mutu jalan tol layang itu terungkap dalam sidang dugaan korupsi pembangunannya.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan, sebelum dibuka untuk umum jalan tol itu sudah diuji kelayakannya secara lengkap.
“Prosedur untuk uji layak fungsi, uji layak operasi kita sudah penuhi semua,” sebut Endra yang juga Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan saat ditemui di sela World Water Forum ke-10, Bali, Kamis (23/5/2024).
Endra menuturkan, prosedur untuk memastikan keselamatan pengguna jalan itu juga telah dilakukan. Termasuk uji beban.
“Jadi kita perlu klarifikasi lagi nanti. Kami pelajari dulu temuannya seperti apa,” sebutnya.
Sebagai informasi, proyek Tol MBZ diduga dikorupsi dan menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 510 miliar.
Perkara tersebut kini sedang dalam tahap persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
Para terdakwa dalam perkara ini adalah eks Direktur Utama (Dirut) PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono, Ketua Panitia Lelang PT JJC Yudhi Mahyudin, Direktur Operasional PT Bukaka Teknik Utama Sofiah Balfas dan Staf Tenaga Ahli Jembatan PT LAPI Ganeshatama Consulting Tony Budianto Sihite.
Jaksa mendakwa mereka bersekongkol dalam proses penentuan pemenang lelang, hingga mengubah spesifikasi khusus yang tidak sesuai dengan desain awal dan menurunkan mutu beton.
Ahli Beton dan Konstruksi FX Supartono mengungkapkan, penggantian material yang terjadi dalam proyek tersebut membuat kekuatan Tol MBZ berkurang sekitar 5-6 persen.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukannya, kondisi tersebut membuat tingkat kekakuan dari Tol MBZ juga menurun.
Imbasnya, getaran yang terjadi di jalan layang ketika dilintasi oleh kendaraan menjadi lebih besar.
“Secara jangka panjang, karena kekakuannya berkurang, getaran-getaran itu membesar. Jadi bisa mempengaruhi pada keawetan jangka panjang jembatan,” ujar Supartono di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa (21/5/2024).
“Jadi begitu getarannya membesar, amplitudonya membesar, itu bisa mengakibatkan fatik atau kelelahan daripada struktur. Karena diayun-ayun terus, dan itu membuat umur dari struktur berkurang,” sambungnya.
Kendati demikian, Supartono menegaskan bahwa berkurangnya kekuatan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Kondisi itu diyakini tidak akan membuat tol layang terpanjang di Indonesia itu roboh ataupun ambruk.
“Iya berkurang di angka 5 sampai 6 persen. Nah dari segi kekakuan artinya menjadi terasa sekali. Tapi dari segi kekuatan hampir yakin tidak akan membuat ambruk,” jelas Supartono.
Tetap aman dilintasi
Dia juga menilai Tol MBZ tetap masih memenuhi standar dan aman dilintasi, meski material konstruksi yang digunakan tak sesuai spesifikasi awal perencanaannya.
Dampak berkurangnya kekuatan terhadap keselamatan pengguna juga tidak terlalu signifikan
“Tetap standar, tadi saya sudah katakan (berkurangnya kekuatan) 5-6 persen itu kecil. Artinya tetap memenuhi standar dari segi kekuatan, cuma dari kekakuan membuat orang kurang nyaman,” ungkap Supartono.
Discussion about this post